DAUR HIDUP PAKIS HAJI Cycas rhumpii DAN PINUS Pinus merkusii

PENDAHULUAN Gymnospermae (tumbuhan biji terbuka) adalah tumbuhan biji yang tidak meranggas, memiliki akar, batang, dan daun yang sejati, serta memiliki strobilus (seperti bunga pd angiospermae) sebagai alat perkembangbiakannya. Tumbuhan biji terbuka disebut juga tumbuhan biji telanjang karena bakal bijinya tidak dibungkus daun buah atau bakal buah. Contoh : Pakis Haji Cycas rumphii, Pinus Pinus merkusii A. PAKIS HAJI Pakis haji Cycas rumphii merupakan tumbuhan biji terbuka yang berbentuk menyerupai pohon kelapa. Daun berbentuk pita dan bertulang daun sejajar. Daun yang masih muda menggulung seperti tumbuhan paku. Batangnya tidak bercabang. Pakis haji atau populer juga dengan nama sikas adalah sekelompok tumbuhan berbiji terbuka yang tergabung dalam marga pakishaji atau Cycas dan juga merupakan satu-satunya genus dalam suku pakishaji-pakishajian (Cycadaceae). Masyarakat awam di Indonesia mengenal pakis haji dari beberapa spesies yang biasa ditanam di taman-taman menyerupai palem, yaitu C. rumphii, C. javana, serta C. revoluta (sikas Jepang). Pakis haji umumnya dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Jenis lain dari tanaman pakis adalah Zamia. Alat perkembangbiakan pada tumbuhan pakis haji terpisah. Alat perkembangbiakan jantan terdapat pada pohon jantan, sedangkan alat pembiakan betina terdapat pada pohon betina. Pakis haji berhabitus mirip palem, namun sebenarnya sangat jauh kekerabatannya. Kemiripan ini berasal dari susunan anak daunnya yang tersusun berpasangan. Semua pakis haji berumah dua (dioecious) sehingga terdapat tumbuhan jantan dan betina. Serbuk sari dihasilkan oleh tumbuhan jantan dari runjung besar yang tumbuh dari ujung batang. Alat betina mirip daun dengan biji-biji tumbuh dari samping. Alat betina tumbuh dari sela-sela ketiak. Kerajaan : Plantae Divisi : Chycadophyta Kelas : Cycadopsida Ordo : Cycadales Famili : Cycadaceae Genus : Cycas Gbr. 1 Tumbuhan jantan Cycas Gbr. 2 Tumbuhan betina Cycas PERKEMBANGBIAKAN PAKIS HAJI Semua gymnospermae mempunyai dua macam spora (heterospor), yaitu mikrospora dan megaspora. Mikrospora atau pollen menghasilkan gametofit jantan, sedang megaspore yang tunggal menghasilkan gametofit betina, di sini terbentuk arkegonia. Kedua macam spora dihasilkan di dalam sporangia yang terdapat pada sporofil yang tersusun spiral pada aksis strobili. Pada golongan Cycadophyta, mikrogametofit mempunyai sel protalus jantan yang akan menghasilkan sel steril yang besar atau sel tangkai yang diikuti oleh sel tubuh (sel spermatogen) dan suatu inti buluh. Sel-sel tersebut tersusun linier. Sel tubuh membelah menjadi 2 sel gamet yang berflagela banyak. Ovulum terdiri dari masa sel yang parenkimatis disebut nuselus atau megasporangium. Nuselus ini melindungi sel induk megaspora yang diploid. Dengan adanya pembelahan meiosis, maka sel induk megaspora yang tunggal membentuk tetrad linear, terdiri dari 4 sel megaspora yang haploid. Inti megaspora yang paling bawah berfungsi, sedang 3 lainnya berdegenerasi. Integumen membentuk suatu struktur yang merupakan lubang kecil-kecil yang disebut mikrofil. Di bawah mikrofil, pada ovulum berkembang 2 atau lebih arkegonia. Arkegonia mempunyai leher yang pendek dengan jumlah sel 2. Polinasi dilakukan oleh angin yang mengantarkan endospora pada mikrofil. Polen melekat pada “lem” yang dikeluarkan oleh ujung mikrofil. Dengan adanya “lem” ini, maka polen dapat masuk ke ovulum. Sperma kemudian berenang menuju ke leher arkegonium dan salah satunya mengadakan fusi dengan telur membentuk zigot diploid. B. PINUS Pinus merupakan salah satu contoh Gymnosperamae yang menghasilkan strobilus jantan dan betinanya dalam satu pohon, dengan kata lain berumah satu. Sama halnya dengan pakis, pinus juga memiliki dua macam spora, yaitu mikrospora dan megaspora. Mikrospora dihasilkan di dalam mikrosporangium sedangkan megaspora dalam megasporangium. Megaspora ini bersifat haploid dan berkembang sebagai hasil pembelahan meiosis sel induk spora. Gametofit bersifat endosporik yaitu berkembang di dalam spora. PERKEMBANGBIAKAN PINUS Berbeda dengan pakis, pada pinaceae inti mikrospora membelah 2 kali secara periklinal menghasilkan 2 sel protalus jantan dan sel anteridial. Sel anteridial membelah secara periklinal membentuk sel generative dan sel buluh. Butir polen sekarang mengandung 4 el, ini merupakan awal gametofit yang endosporik dan pada stadium 4 sel ini butir polen dilepaskan dari sporangium. Sel generative kemudian membelah membentuk sel tangkai sel tubuh (sel spermatogen). Setelah polinasi maka polen tersebut segera meneruskan perkembangannya. Megasporangium dilindungi oleh beberapa integument, kecuali pada bagian ujung memiliki lubang kecil yang disebut mikropil. Megasporangium dihasilkan pada strobilus betina. Inti megaspore berfungsi mebelah berkali-kali menghasilkan gametofit betina, diawali dengan periode inti bebas. Gametofit betina yang berhadapan dengan mikrofil akan membentuk arkegonium. Arkegonium dengan sel telur yang relative besar. Gametofit jantan dihasilkan dalam mikrosporofil pada strobilus jantan. Setelah butir polen jatuh pada mikrofil ditangkap oleh tetes polinasi. Mikrofil kemudian menutup, butir polen berkecmbah. Tabung polen menembus jaringan nuselus dan masuk ke dalam arkegonium membuahi sel telur yang ada di dalamnya. Sel telur yang dibuahi menghasilkan zigot. Inti zigot membelah tanpa diikuti pembelahan dinding. Fase ini disebut periode inti bebas. Setelah terbentuk dinding sel, embrio tumbuh normal. Setelah pembuahan bakal biji menjadi biji dan bila berkecambah biji akan menghasilkan sporofit yang baru. Pada gymnospermae tidak terjadi pembuahan ganda. Endosperm terbentuk sebelum terjadi pembuahan. Pembuahannya disebut sifonogami, karena untuk pembuahan dibutuhkan tabung polen yang membawa gamet jantan.

Komentar

Anonim mengatakan…
aku punya pakis bercabang 5
Anonim mengatakan…
Di awal paragraf disebutkan kalau Gymnospermae mempunyai bunga. Seharusnya Gymnospermae tidak memiliki bunga, melainkan strobilus.
education mengatakan…
thanks atas koreksinya..
^_^

Postingan populer dari blog ini

PERANAN BIOSURFAKTAN

VIRUS HERPES SIMPLEKS